Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) berhasil membukukan kenaikan mingguan sebanyak 1,57% karena ekspektasi produksi yang lesu dan dimulainya kembali ekspor yang lambat dari Indonesia.
Poling Reuters yang diambil dari 11 produsen di Malaysia, telah memprediksikan bahwa persediaan minyak sawit Malaysia pada akhir Mei akan turun 6% dari bulan sebelumnya menjadi 1,54 juta ton dan menjadi penurunan untuk bulan keenam karena terhimpit oleh penurunan produksi dan melonjaknya ekspor dari Malaysia.
Ekspor melonjak 20% menjadi 1,27 juta ton dan menjadi rekor tertinggi dalam lima bulan karena larangan ekspor CPO Indonesia mendorong Malaysia untuk meningkatkan ekspornya untuk mengisi kekosongan persediaan di pasar minyak nabati global.
Sementara itu, pada Minggu (5/6), Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan melaporkan bahwa Indonesia telah mengeluarkan sekitar 302.000 ton izin ekspor minyak sawit sejak dimulainya kembali ekspor.
"Langkah percepatan akan dilakukan jika kita merasa harga buah sawit di tingkat petani masih terlalu rendah," tambahnya.
Dia juga menambahkan bahwa pemerintah Indonesia telah menyisihkan sekitar 1 juta ton kuota ekspor.
Luhut mengatakan pemerintah akan mewajibkan perusahaan minyak sawit untuk menjual setara dengan 300.000 ton minyak goreng per bulan di bawah DMO selama masa transisi setelah dimulainya kembali ekspor.Sebagai informasi, Indonesia biasanya mengekspor sekitar 2,5 juta ton produk minyak sawit per bulan sebelum larangan ekspor diberlakukan. Kini, pemerintah kembali membuka keran ekspor dengan memberlakukan Domestic Market Obligation (DMO), di mana produsen harus terlebih dahulu menjual sebagian produk mereka di dalam negeri.
Selain itu, pejabat Kementerian Perekonomian Indonesia Musdhalifah Machmud pada kesempatan yang sama mengatakan pemerintah telah membuat penyesuaian mengenai pungutan ekspor dan akan segera diterbitkan. Vtv
Sbr: cnbcindonesia